Nama :
Nia Maretta Pranatagari
NPM : 15516399
Kelas :
1PA13
Mata Kuliah
: Yeni Nuraini
Nilai-nilai budaya merupakan nilai
yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi,
lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, konsep abstrak
mengenai sifat umum yang sangat pentig serta bernilai bagi kehidupan
bermasyarakat.
Akulturasi budaya adalah perpaduan
budaya yang kemudian menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur
asli dalam budaya tersebut. Contoh-contoh akulturasi budaya, yaitu :
1. Seni Bangunan
Seni bangunan tampak
pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa Indonesia
dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya
bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum
yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha.
Contohnya candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang
ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai
makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi
tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di
sekitar candi dalam bangunan stupa.
2. Seni Sastra dan Bahasa
Bahasa juga termasuk gerbang akulturasi budaya paling cepat.
Sebab bahasa adalah media komunikasi dan bertukar informasi. Sehingga sangat
mudah tersebar dalam masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Nah, dari bahasa itu kemudian timbullah akulturasi pada seni kesusatraan.
Dimana budaya baru mampu menambah khasanah sastra lama menjadi
bentuk baru. Misalkan saja pada kesusastraan berbentuk kitab jawa yang sudah
ada sejak lama. Kemudian muncul budaya islam, sehingga mempengaruhi kitab lama.
Muncullah kitab kuning yang biasa diajarkan di pondok-pondok
kuno. Dalam kitab kuning menggunakan huruf arab gundul tanpa tanda baca. Namun
menggunakan lafal pengucapan bahasa Jawa. Contoh lainnya adalah hikayat, suluk
dan cerita babad.
3. Sistem Penanggalan dan Penyusunan Kalender
Di zaman yang lebih modern, akulturasi budaya juga merambah pada
sistem penanggalan dan penyusunan kalender. Pada masa awal kebudayaan lama,
kalender yang digunakan merujuk pada sistem penanggalan saka dari budaya hindu.
Kemudian pada masa islam masuk, penanggalan mempunyai referensi baru, yakni
penanggalan hijriyah atau penanggalan islam.
Karena akulturasi budaya terjadi di tanah jawa, maka ketiga
budaya ini menyatu. Muncullah penanggalan jawa dengan sistem penyusunan
kalender baru. Yakni menggunakan perhitungan bulan dan jumlah hari sepeti
hijriyah. Namun juga tetap menyertakan hari pasaran seperti penanggalan saka.
4. Sistem Pemerintahan
Pada zaman awal, budaya yang kental adalah budaya kerajaan
dimana rakyat menghormati raja. Kemudian masuk beberapa agama seperti hindu dan
budha, sehingga rakyat juga menghormati brahmana dan juga biksu. Juga
menganggap raja adalah titisan atau reinkarnasi dewa. Sehingga harus diakamkan
di candi atau pura.
Selanjutnya muncul ajaran agama islam, yang juga mempengaruhi budaya
kerajaan. Dimana raja dan para pejabat kerajaan tidak boleh disembah, hanya
boleh di hormati saja. Ketika meninggal maka dikubur berdasarkan cara islam.
Kemudian zaman kerajaan runtuh, digantikan oleh sistem
pemerintahan republik. Dimana pemimpinnya adalah presiden, hal ini terjadi
setelah adanya pengaruh budaya eropa setelah masa penjajahan.
5. Cara Berpakaian dan Kebiasaan
Dalam pergaulan akulturasi budaya sangat kental terasa, baik
dari kebiasaan maupun cara berpakaian. Misalkan saja pada zaman dulu, pakaian
Jawa masih banyak dipakai, baik oleh kalangan bawah, menengah, maupun atas.
Seiring dengan masuknya islam, pakaian berubah dari budaya jawa menjadi budaya
islam. Sehingga muncullah jubah dan gamis.
Kemudian jawa islam mengakulturasi budaya cina, maka muncullah
baju koko atau baju takwa. Selain itu kebiasaan-kebiasannya juga berbah. Salah
satu contohnya adalah kalimat salam “Assalamualaikum” yang digunakan saat
bertamu, berkomunikasi, maupun saling menyapa.
6. Seni Musik dan Tarian
Seni musik dan tarian sangat kental terasa akulturasinya. Banyak
dari jenis seni musik dan tari yang berakulturasi membentuk seni baru. Seperti
misalkan seni musik kosidah dan hadroh yang mengakulturasi budaya musik timur
tengah bernafaskan islami. Tetapi alat yang digunakan adalah modifikasi dari
kendang yang meruakan budaya lokal.
Sedangkan pada seni tari, yang khas adalah tarian saman. Dimana
taran ini menggunakan kostum islami dan gerakan yang tidak menonjolkan gerak
tubuh. Ada juga tari piring yang sekarang lebih cenderung menggunakan kostum
islami.
Macam-macam Teori Budaya
a.
Teori Evolusi
Kebudayaan
Evolusionisme adalah
perspektif antropologis yang menekankan anilisis pada kompleksitas kebudayaan
berkembang sepanjang waktu. Evolusionisme merupakan gagasan untuk analisis
teoritis dalam antropologi yang menggunakan dasar bahwa kebudayaan dari setiap
masyarakat akan maju berkembang melalui tahapan evolusi yang sama. E. B Taylor
dan L. H. Morgan mencetuskan perkembangan kebudayaan manusia pada beberapa
tahap. Tahap pertama adalah liar (savegery) yang hidup dengan
mengumpulkan buah-buahan, tanaman liar, dan lain sebagainya. Kedua adalah barbarisme (barbarism)
mengenal pembuatan alat-alat seperti dari tanah liat atau tembikar, mengadakan
irigasi, serta mulai mengembangkan alat-alat logam. Tahap yang ketiga adalah
kebudayaan yang beradab (civilization) yang mulai mengembangkan dan
memakai alfabet.
b. Teori Evolusi Keluarga J. J. Bachofen
Teori-teori evolusi
hukum yang berbeda dari pada teori Spencer diajukan oleh beberapa ahli hukum
penting antara lain H. Maine yaitu ahli hukum Inggris yang terkenal dan J. J.
Bachofen ahli hukum Jerman. J. J Bachofen juga menjadi terkenal dalam ilmu
antropologi karena telah melambangkan teori tentang evolusi hukum milik, hukum
waris, dan juga erat bersangkutan dengan teori tentang evolusi betuk keluarga.
Teori yang diuraikan Bachofon dalam bukunya Das Mutterrecht (Hukum
Ibu) dengan banyak bahan bukti yang tidak hanya diambilnya dari masyarakat
Yunani dan Rum Klasik, tetapi juga bahan etnografi dari masyarakat bangsa-bangsa
di Asia, Afrika, dan suku-suku bangsa Indian di Amerika. Menurut Bachofen
diseluruh dunia keluarga manusia berkembang melalui empat tingkat evolusi.
Dalam zaman yang telah lampau dalam masyarakat manusia ada keadaan promiskuitas yaitu
di mana manusia hidup serupa binatang berkelompok dan laki-laki serta wanita
berhubungan dengan bebas dan melahirkan keturunannya tanpa ikatan. Keadaan ini
merupakan tingkat pertama dalam proses perkembangan masyarakat manusia.
c. Teori Evolusi
Kebudayaan di Indonesia
Teori evolusi
kebudayaan, terutama teori evolusi keluarga dari J. J. Bachofen, juga
diterapakan terhadap aneka warna kebudayaan Indonesia oleh ahli antropologi
Belanda G. A. Wilken (1847 – 1891). Ia memulai karirnya pada tahun 1869 sebagai
pegawai Pangreh Praja (Pamong Praja) Belanda di Buru (Maluku), Gorontalo dan
Ratahan (Sulawesi Utara), Sipirok dan Mandailing (Sumatra Utara).
Karangan-karangan pertamanya sudah terbit sewaktu ia menjabat sebagai pegawai
Pangreh Praja, yaitu mengenai sewa tanah dan mengenai adat pemberian nama di
Minahasa (Wilken 1873 – 1875), karangan etnografi singkat dari pulau Buru
(1875), juga karangan-karangan teori tentang evolusi perkawinan dan keluarga
berjudul Over de Primitieve Vormen van het Huwelijk en de Oorsprong van
het Gezin(1880 – 1881). Karangan ini menerangkan tingkat-tingkat evolusi
Bachofen mengenai promiskuitas, matriarkhat, patriarkat dan keluarga parental.
d. Teori Evolusi Kebudayaan L. H. Morgan
Lewis H. Morgan (1818 -
1881) mula-mula adalah seorang ahli hukum yang lama tinggal di antara suku-suku
bangsa Indian Iroquois, Lewis sebagai pengacara bagi orang-orang Indian dalam
soal-soal mengenai tanah. Dengan demikian ia mendapat pengetahuan mengenai
kebudayaan orang-orang Indian itu. Karangan etnografinya yang pertama terbit
tahun 1851, berjudul League of the Ho de no Sau nie or Iroquois. Karangan-karangannya
tentang orang Iroquois terutama berpusat pada soal-soal susunan kemasyarakatan
dan sistem kekerabatan, dan dalam hal ini Lewis H. Morgan telah memberikan
sumbangan yang besar kepada ilmu antropologi pada umumnya. Dalam memperhatikan
sistem kekerabatan Morgan mendapatkan suatu cara untuk mengupas semua sitem
kekerabatan dari semua suku bangsa di dunia yang jumlahnya beribu-ribu itu,
yang masing-masing berbeda bentuknya.
Pelestarian Budaya adalah
upaya untuk mempertahankan agar/supaya budaya tetap sebagaimana adanya. Ada berbagai upaya yang
dapat dilakukan untuk melestarikan budaya, diantaranya yaitu:
1.Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya sebagai jati diri bangsa
2.Ikut melestarikan budaya dengan cara berpartisipasi dalam pelaksanaannya
3.Mempelajarinya
4.Mensosialisasikan kepada orang lain sehingga mereka tertarik untuk ikut menjaga atau melestarikannya.
1.Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya sebagai jati diri bangsa
2.Ikut melestarikan budaya dengan cara berpartisipasi dalam pelaksanaannya
3.Mempelajarinya
4.Mensosialisasikan kepada orang lain sehingga mereka tertarik untuk ikut menjaga atau melestarikannya.
No comments:
Post a Comment